Pada awal kita memasuki dunia kerja setelah lulus, kita akan menjadi seorang yang idealis dengan prinsip kita bahwa kita bekerja dan apa yang kita kerjakan itulah yang dibayar. Pasti akan timbul rasa tidak enak apabila kita dibayar tetapi tidak melakukan apa-apa. Beban mental itu pasti ada. Tapi apakah kita bisa bertahan dalam prinsip itu saat kita mengetahui bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya?
Banyak orang yang bekerja untuk mencari kedudukan (kedudukan akan identik dengan upah) dan melakukan apapun untuk dirinya sendiri. Orang-orang yang seperti ini menciptakan dunia kerja yang penuh persaingan, atau yang lebih dikenal dengan "sikut-sikutan". Kata-kata ini sering terdengar oleh kita apalagi bila orang tua kita bekerja menjadi pegawai di suatu kantor, tapi kita tidak pernah berpikir bahwa kita pada akhirnya akan berada pada situasi yang sama.
Saat kita dihadapkan pada situasi ini, apakah kita bisa bertahan dengan profesionalisme kita? Apakah kita tidak mungkin berubah menjadi seseorang yang sedikit "EGOIS" karena tentunya kita ingin mempertahankan posisi kita sebaik mungkin? Meskipun pada awalnya tidak ada pikiran sedikitpun untuk berada di dunia persaingan kerja dengan rekan kerja kita.
Apabila anda berada di situasi itu, apa yang akan anda lakukan?
*. Anda mundur perlahan dan mencari tempat yang bebas persaingan?
*. Anda maju terus dengan profesionalisme yang tetap?
*. Anda maju dengan mengurangi profesionalisme?
Apabila saya ada di situasi ini, sungguh pilihan yang sulit untuk memutuskan langkah mana yang harus saya ambil, karena menurut saya dalam lingkungan kerja seharusnya tidak ada persaingan yang merugikan (co : Persaingan mencari muka untuk mengejar kedudukan). Akan lebih baik apabila persaingan itu diubah menjadi suatu kerjasama yang baik, yang mendukung perusahaan secara penuh tanpa membedakan apapun. Tanpa persaingan yang kotor pun, saat kita memberikan terbaik yang kita miliki, saya yakin posisi apapun dapat kita capai.
Saya sering mendengar untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, tetapi kalau kita pikir secara logika untuk hal ini di dunia kerja. Hal ini tidak mungkin bisa dilaksanakan. Karena yang kita hadapi itu sama seperti kita manusia yang menilai dari apa yang kita buat. Saat kita memilih untuk tetap menjadi profesional, maka MUJIZAT TUHAN lah yang kita butuhkan.
Nah, bagaimana kalau teman-teman dihadapkan pada situasi ini? Langkah apa yang akan kalian ambil?
Thx.
5 comments:
that's reality
Bener banget, sebagai fresh graduate biasanya kita bekerja dgn idealisme yg tinggi. Tapi setelah kita terjun di dunia kerja, banyak dari kita yg mulai merasakan ga ada gunanya ternyata kita bekerja sesuai dgn idealis kita. Kalau tentang "sikut-sikutan", untungnya sampai saat ini aku blm pernah merasakannya :) (puji Tuhan). Kata beberapa orang, mungkin karena tempat kerjaku di bidang pendidikan jadi orang-orangnya "baik-baik" (termasuk aku jg donk ha4). Tapi kalo aku pribadi ada di tempat kerja yg murni bisnis, aku sih bakal tetap menjunjung tinggi profesionalisme dan bekerja sejujur-jujurnya untuk meraih posisi yg terbaik yg bisa aku dapatkan. Gak perlu lah sampe merelakan segala cara utk memperoleh posisi yg lbh tinggi. Karma itu ada, kalo ga mau dicurangi jgn mecurangi org lain. Gitu aja sih prinsipku. Sekian dan terima kasih ^^
@ William : Thx komennya ko... Btw, kl kita yang dicurangi duluan gmn donk? Setuju dengan selalu menjunjung profesionalisme terus sampai kapanpun... Wakaka..
Waduh jgn2 pengalaman pribadi nih? =D
Hmm, pertanyaan agak susah soalnya aku blm pernah ngalamin sih. Pengennya jawab "iya tetep menjunjung profesionalisme" tapi takutnya kalau aku dicurangi terbawa emosi (hilang akal sehat) malah ga sejalan ama jawabanku donk he4. Ya selama emosi bisa ditahan, iya tetap menjunjung profesionalisme donk... Kalau sdh keterlaluan, nah itu lain cerita XD~
@William : haha.... dibilang pengalaman pribadi ya ga lah ko... tapi jangan sampai ada di situasi itu aja d... :D takut nya kebawa emosi jg... :p
Post a Comment