Tuhan ingin aku paham bagaimana aku memposisikan diriku kemarin. Hari ini aku mendapat bacaan tentang Kain dan Habel. Dalam pasal itu (Kejadian 4), diceritakan bagaimana Tuhan mengutuk Kain setelah dia membunuh adiknya Habel. Dalam ayat 6 dan 7 dikatakan,
4:6 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
Tuhan menegur Kain kenapa Kain bermuka muram dan panas hati. Tetapi Kain tidak mengindahkan apa yang dikatakan oleh Tuhan. Kain tidak memperdulikan dan langsung berbicara kepada Habel, seolah-olah dia tidak mendengar perkataan Tuhan.
Kalau kita bertanya mengapa Kain tidak memperdulikan Tuhan? Jawabannya hanya satu... Dia memenjarakan dirinya sendiri dalam kebencian dan emosi nya karena persembahannya tidak diindahkan.
Manusia seringkali memenjarakan dirinya sendiri dalam kebencian, emosi, dendam, dan bahkan dalam pikirannya atau perasaannya. Memenjarakan disini mempunyai pengertian Manusia itu membangun tembok yang besar yang membatasi dirinya dengan yang lain dan menjadi algojo sekaligus yang terpenjara bagi dirinya sendiri. Hal ini dilakukan manusia secara sengaja maupun tidak sengaja. Sadarkah kita? Bahwa pada saat kita memenjarakan diri kita, maka kita tidak akan bisa mendengar apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Penjara yang kita bangun begitu kokoh dengan tembok yang tinggi. Suara Tuhan yang nyaring sekalipun tidak akan kita dengar.
Apa akibatnya saat kita mulai memenjarakan diri kita? Dalam ayat 12 dikatakan
"4:12 Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi."
Tuhan mengutuk Kain dengan cara Kain tidak akan mendapatkan apapun yang maksimal dan juga Kain akan menjadi seorang pelarian dan pengembara. Saat kita memenjarakan diri kita, tanpa kita sadar kita juga akan merasakan hal yang sama. Kita tidak akan merasa puas dengan apapun. Meskipun kita tidak secara langsung menjadi seorang pengembara (karena kita memiliki rumah), sadarkah kita bahwa karena ketidakpuasan itu jiwa atau hati kita menjadi seorang pengembara yang mencari kepuasan.
Kedua teguran itu membawa aku secara pribadi menyadari, betapa mudahnya kita membuat diri kita sendiri terpenjara. Aku begitu tertarik dengan pasal ini, karena kemarin aku sudah mendengar suara Tuhan untuk tidak mementingkan egoku. Tapi karena penjara yang aku bangun sendiri, aku tidak memperhatikan suara itu dan terus membuat diriku terpenjara oleh rasa kecewa dan egoku, sampai pada saat penjara itu mulai rapuh baru aku menyadari betapa bodohnya aku dengan keputusanku. Hasilnya hari ini aku menyesal dan tidak akan ada rasa puas yang bisa menjawab sesal ku itu. Apa yang sudah aku lewatkan kemarin hanya menjadi kenangan yang ga mungkin bisa aku rasakan sampai kapanpun. Tidak akan ada lagi momen itu.
Yang menjadi kesalahan terbesar Kain, menjadi kesalahan terbesarku saat ini. Aku tidak bisa dan tidak mau mendengar Tuhan. Aku terus berkutat pada penjaraku dan berusaha memenjarakan diriku sendiri. "PLEASE FORGIVE ME, LORD"
Tuhan mengutuk Kain dengan cara Kain tidak akan mendapatkan apapun yang maksimal dan juga Kain akan menjadi seorang pelarian dan pengembara. Saat kita memenjarakan diri kita, tanpa kita sadar kita juga akan merasakan hal yang sama. Kita tidak akan merasa puas dengan apapun. Meskipun kita tidak secara langsung menjadi seorang pengembara (karena kita memiliki rumah), sadarkah kita bahwa karena ketidakpuasan itu jiwa atau hati kita menjadi seorang pengembara yang mencari kepuasan.
Kedua teguran itu membawa aku secara pribadi menyadari, betapa mudahnya kita membuat diri kita sendiri terpenjara. Aku begitu tertarik dengan pasal ini, karena kemarin aku sudah mendengar suara Tuhan untuk tidak mementingkan egoku. Tapi karena penjara yang aku bangun sendiri, aku tidak memperhatikan suara itu dan terus membuat diriku terpenjara oleh rasa kecewa dan egoku, sampai pada saat penjara itu mulai rapuh baru aku menyadari betapa bodohnya aku dengan keputusanku. Hasilnya hari ini aku menyesal dan tidak akan ada rasa puas yang bisa menjawab sesal ku itu. Apa yang sudah aku lewatkan kemarin hanya menjadi kenangan yang ga mungkin bisa aku rasakan sampai kapanpun. Tidak akan ada lagi momen itu.
Yang menjadi kesalahan terbesar Kain, menjadi kesalahan terbesarku saat ini. Aku tidak bisa dan tidak mau mendengar Tuhan. Aku terus berkutat pada penjaraku dan berusaha memenjarakan diriku sendiri. "PLEASE FORGIVE ME, LORD"
Please Forgive Me, Lord...
I'm Blind...
I'm Deaf...
I never want to make You sad...
Never want to make You angry...
Now, I’m drowning in my guilty
I Believe You...
and I want to walk with You together
Trying more and more
to give You My best
Please Forgive Me, Lord...
I'm Blind...
I'm Deaf...
I never want to make You sad...
Never want to make You angry...
Now, I’m drowning in my guilty
I Believe You...
and I want to walk with You together
Trying more and more
to give You My best
Please Forgive Me, Lord...
Robohkan penjara itu dan dengarlah apa yang Tuhan ingin kita lakukan dan kita akan merasakan puas dengan apa yang kita miliki. Jangan sampai dendam, emosi, ataupun perasaan kita merajai segala panca indra kita sehingga kita tidak dapat merasakan kehadirannya.
1 comments:
Everything happen for a reason, you have made your choice so learn from it. Hope that you may learn a valuable lesson to build your character.
Post a Comment