Karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.
Bacaan Alkitab setahun : Mazmur 5; Wahyu 11; Nehemia 1-3
Dalam menjalin hubungan, pasti sekali, dua kali atau bahkan berkali-kali kita berselisih pendapat. Masalahnya tambah rumit jika kita harus bekerja sama dengan mereka untuk jangka waktu panjang. Kita bisa memohon agar Tuhan mengirimkan rekan kerja yang tidak begitu merepotkan, sepaham dengan kita tapi itu sepertinya tidak realistis.
Di sebuah film kartun "Peanut", Lucy berbicara kepada Snoopy, "Ada saat-saat di mana kau benar-benar menyusahkanku, tetapi aku harus mengakui bahwa ada juga saat-saat di mana aku merasa seakan-akan aku memelukmu erat."
Snoopy menjawab, "Itulah aku... dapat memelukmu dan dapat mengganggu."
Itulah juga rekan-rekan saya dan rekan-rekan Anda. Mereka hadir menyenangkan di satu saat dan kadang menjadi sangat menjengkelkan di menit berikutnya.
Beberapa dari mereka sangat analitis, yang lainnya kelewat cuek dan tidak suka terikat aturan. Yang satu sangat enerjik, suka tertawa keras, yang satunya bicara seperlunya saja dan tidak begitu lincah. Allah tersenyum melihat semuanya.
Kata sehati, sepikir dan satu tujuan dipakai Paulus dalam menyampaikan harapan bagaimana jemaat Filipi membangun hubungan. Lantas apakah itu diartikan mereka selalu saling sepaham? Bebas dari konflik? Berpenampilan sama, berpikiran yang sama, bertingkah laku sama, mungkin memiliki kendaraan yang sama, sepertinya lebih mirip sepasukan robot. Dalam satu komunitas, hal itu tidak sehat juga tidak Alkitabiah.
Pertemanan dan rekanan sejati membuang sikap egois dan mengabaikan perbedaan-perbedaan. Dengan segala perbedaan yang ada, kita diminta untuk mengejar kesatuan, bukannya babak belur akibat berselisih karenanya.
Segala hal mengenai orang lain yang mengganggu kita dapat membuat kita memahami dan mempertajam kapasitas diri kita sendiri.
From : www.jawaban.com