11.22.2008

EGOIS

11.22.2008
Akhir-akhir ini, mungkin bisa dikatakan hari-hari yang benar-benar melelahkan. Tidak pernah terasa sebelumnya, bahwa berada di beberapa komunitas yang berbeda yang menuntut kita untuk dapat menyesuaikan diri dimana kita berada saat itu ternyata mempunyai permasalahan yang sama, yaitu EGOIS.

Permasalahan yang mungkin sering dialami oleh setiap orang, yang mungkin kita tidak sadari bahwa ternyata kita seperti itu. Seringkali semuanya menjadi hal yang biasa.
Tapi di satu sisi justru Tuhan menciptakan orang-orang yang perasa untuk mengetahui bahwa EGOIS itu memang ada. Meskipun kita tidak merasa itu EGOIS. Tapi mungkin saat kita telaah perlahan, barulah kita akan sadar bahwa saat itu kita telah EGOIS.

EGOIS selama ini pengertian yang kita tau adalah
"Orang yang tidak peduli dengan kepentingan orang lain, yang di dipikirkan hanyalah kepentingannya sendiri."
Dari pengertian itu, pernahkah kita sadari sering kali kita merasa bahwa yang terpenting kita terbebas dari masalah, kita tidak peduli bagaimana orang lain akan mengalami kesulitan karena kita. Pada saat kita berada dalam situasi yang berat, apakah kita pernah berpikir bahwa kalau kita melakukan hal itu ternyata orang lain yang kita rugikan? Meskipun kita melakukan nya untuk kebaikan kita sendiri?

Pernah saya mendengar cerita seperti ini :

Sebuah kapal mengalami kecelakaan, sehingga penumpangnya terjun ke laut. Ada dua penumpang yang berhasil mendapatkan potongan kayu. Setelah terombang-ambing sekian lama mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Karena mereka sama-sama berdoa. Untuk menguji doa siapakah yang Tuhan jawab, mereka membuat garis di tengah pulau yang memisahkan pulau itu menjadi dua bagian.
Mereka mulai berdoa minta makanan. Tidak lama kemudian, tanah di bagian si A, sebut saja demikian, tiba-tiba tumbuh pohon buah-buahan yang berbuah lebatnya, sedangkan pulau di bagian si B tidak mengeluarkan apapa. Mereka berdoa lagi minta isteri. Tidak lama kemudian ada kapal karam lagi dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang berhasil mendarat di pulau si A, sedangkan si B tidak mendapat apa-apa.
Lalu mereka berdoa lagi minta perahu. Eh, ada perahu yang terdapat di bagian si A, sedangkan si B tidak mendapat apa-apa. Dengan segera si A mengajak isterinya dan bersiap-siap meninggalkan pulau itu tanpa mengajak si B. Tiba-tiba dia mendengar suara menggelegar dari atas, "Hai kamu yang egois, mengapa kamu tidak mengajak temanmu?" Dengan perasaan kaget, si A menjawab, "Tuhan, bukankah doanya tidak pernah Engkau jawab. Dia pasti orang berdosa. Mengapa aku harus menyelamatkan orang yang Engkau sendiri tidak berhati?"
Seketika guntur menggelegar disertai tiupan angin kencang dan terdengarlah suara dari atas. "Hai kamu yang bebal. Kamu tidak tahu, kamu mendapatkan segala sesuatu itu karena doa temanmu itu. Dia berdoa agar semua permintaanmu Aku turuti!"

Mungkin seringkali kita memposisikan diri kita di posisi si A. Kita menganggap bahwa kita yang benar. Dalam hal-hal kecil yang tidak kita sadari sekalipun. Misalnya saja dalam hal ngebut di jalan. Pernahkah kita memikirkan bahwa kalau kita ngebut kita berarti EGOIS. Karena ngebut lebih besar resiko nya menyelakakan orang lain.
Kalau kita tidak pernah ngebut, hal kecil yang lain adalah membuang sampah sembarangan. Sering saya melihat orang yang membuat sampah sembarangan tanpa peduli bahwa hal itu mengganggu orang lain dan menunjukkan ke-EGOIS-an nya.

Dalam alkitab, saya telah menemukan ayat yang mengharapkan kita untuk tidak EGOIS.

"Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filipi 2:4)

Jelas tertuang dalam ayat itu, bahwa Tuhan selalu menginginkan kita menjadi orang yang tidak EGOIS. Meskipun tidak bisa kita pungkiri bahwa EGOIS adalah sifat dasar manusia.
Lewat ayat ini, marilah kita renungkan lagi apa yang telah kita lakukan, apa karena ke-EGOIS-an kita, kita telah menyakiti orang lain?
Mari kita mencoba merubah segala ke-EGOIS-an kita menjadi ke-PEDULI-an terhadap segala yang ada di sekitar kita.