Namaku cinta ketika kita bersama
Berbagi rasa sepanjang usia
Hingga tiba saatnya aku pun melihat
Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat
Berbagi rasa sepanjang usia
Hingga tiba saatnya aku pun melihat
Cintaku yang khianat, cintaku berkhianat
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu
Aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu
Aku tanpamu butiran debu, aku tanpamu butiran debu
Beberapa waktu yang lalu, saya pergi
karaoke. Saat itu saya mendengar lagu ini untuk pertama kalinya. Setiap kali
mendengar lagu ini, hanya kesedihan yang bisa saya rasakan. Sudah lama saya
melupakan yang namanya cinta. Saat saya mendengar lagu ini, saya merasakan luka
yang pernah ada karena cinta itu terbuka lagi.
Mungkin lagu ini terlalu
menyedihkan.. Tapi itulah yang akan kita rasakan saat cinta itu tiba-tiba harus
pergi entah karena apapun. Bagi saya, cinta itu begitu berharga. Saat saya
jatuh karena cinta, untuk berdiri pun saya tidak pernah sanggup lagi. Yang bisa
saya lakukan adalah menjalani hidup mengalir seperti air dan menyembunyikan
luka itu erat-erat. Bingung harus bersikap seperti apa.
Saya pernah mendengar pepatah ini “Cinta
itu seperti pedang bermata dua”. Di satu sisi cinta itu begitu menyenangkan dan
saya bersyukur pernah merasakan yang namanya cinta. Tapi di sisi lain ada hal
yang begitu pahit yang kalau kita tidak berhati-hati kita akan merasakan
pahitnya itu. Bahkan rasa sakitnya mengalahkan kenangan-kenangan indah yang
pernah saya rasakan. Menyedihkan??? Ya… Tapi saya yakin, jika Tuhan mengijinkan
maka Tuhan yang akan menyembuhkan luka sedalam apapun itu.
Tuhan bantu aku untuk menyembuhkan
luka ini. Aku sendiri tak sanggup menyembuhkannya. Bahkan dengan segala
usahaku. Aku hanya mampu menyembunyikannya.
0 comments:
Post a Comment